Jumat, 15 Februari 2019

Untuk cerita yang belum selesai




Mereka menyebutnya senja. Tapi lidahku tidak cukup puitis untuk mengucapkan kata itu. Kusebut itu petang. Saat program berita di televisi telah sampai di penghujung acara, ini pertanda waktuku untuk memulai hari.

Petang, waktu untuk burung-burung camar kembali ke sarangnya, membawa berita suka cita sepanjang hari ini tentang perburuan mereka mencari makanan.

Petang, waktu untuk induk ayam membacakan dongeng ke anak-anaknya, membesarkan hati mereka bahwa mengais bumi seperti hari ini bukanlah hal yang berat. Tuhan sudah menciptakan segala sesuatunya di bumi tempat mereka berpijak.

Petang, waktu untuk para pekerja diurnal kembali ke kehidupan bersama keluarga mereka, memasang wajah berseri membawa sekotak martabak manis isi keju kesukaan si kecil.

Petang, waktu untuk diriku untuk memulai hari. Sudah ku katakan di awal bukan? Jika kau tak ingat, tak masalah. Kurasa juga Tuhan lupa sudah menciptakan diriku. Setelah kupastikan Putra, -nama putra tunggalku- sudah habis meminum susu yang kucampurkan dengan obat tidur, maka saatnya ku bersiap.

Terkadang aku bersyukur, pekerjaan yang mengharuskanku menjadi makhluk nokturnal ini tidak harus membuatku menggunakan tabir surya sepanjang hari. Sesungguhnya kulit ini adalah aset terbaikku. Terkadang. Ya, terkadang.

🌅🌅🌅



*****
Hari ke: 5
@30haribercerita #30hbc #30hbc19 #30hbc1905 #petang #senja #fiksi
📷: me
*****



Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar