Sabtu, 10 November 2018

BERTANYA PADA GOOGLE


Dunia yang terus berkembang memaksa kita untuk bersosialisasi lebih luas lagi. Berbicara soal media sosial, akan ada hal menarik untuk dibahas. Seperti halnya kita melihat ke dalam akuarium raksasa yang berisi beranekaragam biota di dalamnya. Mereka bercengkrama, jatuh cinta, atau bahkan saling hina.

Suatu ketika saat gw asik membaca komentar di salah satu portal berita, ada seseorang yang menuliskan sebuah pertanyaan dan kemudian dijawab oleh user yang lainnya: “tanya aja sama google”. Kemudian perdebatan demi perdebatan tak terelakkan lagi. Bahasa kasar dan nama-nama hewan tak berdosa juga ikut terbawa.



Orang tua gw pernah berkata saat gw masih sekolah. “Belajar itu dari siapa aja. Bisa dari buku, dari teman, atau dari lingkungan. Tapi jangan lupa bahwa kita juga butuh guru untuk ‘meluruskan’ pandangan kita tentang ilmu baru yang kita punya.” Intinya apa? intinya kita masih butuh orang yang lebih mengerti di bidangnya.  

Dewasa ini, google seakan jendela dunia untuk kita mencari berbagai macam hal. Gw bisa bilang kalau google ini adalah versi makro dari sosial media yang biasa kita buka. Kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan. Jutaan orang bebas berkarya. Jutaan orang pula bebas untuk beropini. Jutaan postingan bisa kita temukan dengan satu kata kunci. Namun dari jutaan postingan itu apakah semuanya adalah informasi yang kita butuhkan?

Well, terkadang kita hanya ingin tahu sesuatu secara sederhana, yang respon kita setelahnya hanya: “oh, gitu.”

Cara sederhana untuk mendapatkan informasi itu menurut gw ya bertanya kepada orang yang bersedia untuk ditanya, dan orang yang tahu jawabannya. Masalahnya adalah, tidak semua orang mempunyai kriteria tersebut.

Saat kita mendapatkan respon: “tanya aja sama google” ya jangan baper. Mari kita kerpikir, mungkin pertanyaan kita memang pertanyaan sederhana yang jawabannya abslolut, hanya saja kita yang malas untuk mencari. Jujur, memang agak kesal sih jika kita ditanya tentang sesuatu yang sebenarnya bisa dicari jawabannya di google. Contohnya saja, pertanyaannya: dimana ibukota Jepang?. Ya pasti jawabannya Tokyo kan. Gak mungkin pindah ke Palembang atau Semarang. Hal-hal seperti ini yang gw bilang pertanyaan yang jawabannya absolut.

Tapi… yasudah lah ya.

Dari sisi orang yang ditanya juga tidak ada salahnya kok untuk menjawab. Bukannya kita juga pernah bertanya ke teman kita, alih-alih bertanya ke google.

Menurut gw untuk memberikan edukasi kepada orang lain untuk usaha mencari tahu sendiri perlu pendekatan dan sugesti yang baik. Kita tidak bisa mengubah sikap seseorang dengan bahasa yang kasar. Berikan jawaban yang sopan, karena tidak ada orang yang bersedia untuk diujar dengan sarkas. Mungkin akan lebih damai jika kondisinya seperti ini:

T: Dimana ibukota Jepang?
J: Tokyo. Tapi coba cek google. Siapa tau udah pindah.

Kembali lagi ke pribadi masing-masing. Dari sisi penanya, jadilah penanya yang cerdas. Carilah informasi yang kalian butuhkan sebelum bertanya. Contohlah pembaca komik tahilalats, karena sebelum bertanya, mereka selalu mencari jawabannya ke kolom komentar. Dari sisi yang ditanya, tidak ada salahnya kok kalian jawab kalau memang tahu jawabannya. Tahanlah diri kalian untuk meciptakan suasana tidak nyaman. Ingat, diam adalah emas. Kalau kalian tidak ingin menjawab dan tidak mampu menjaga ibu jari kalian untuk mengetik hal yang baik-baik, cukup abaikan. Berarti pertanyaan itu bukan untuk kalian. Masih banyak orang berhati baik yang memiliki kriteria yang gw sebutkan. Apa itu?

Bersedia untuk ditanya, dan tahu jawabannya.

Hidup ini banyak pilihan. Sama seperti pilihan kalian untuk bertahan hidup atau mati bunuh diri. Jadi orang baik atau orang jahat. Jadi netizen budiman, atau netizen pencari perhatian. Jangan dibikin ribet.

Posted in:   |  
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar