Senin, 19 November 2018

Saat Langit Bekerja

Sumber: Dok. Pribadi

Masuk musim penghujan, sedia payung sebelum hujan. Untuk pengguna jasa ojek online, sedia jas hujan sebelum hujan. Karena tidak semua driver ojol menyediakan jas hujan ekstra untuk dipinjamkan ke penumpangnya. Meskipun BMKG selelu merilis prakiraan cuaca, dan kita juga dapat melihat prakiraan cuaca dari layer ponsel pintar kita, namun semua itu hanyalah prediksi yang dibuat manusia. Dioleh dengan metode tertentu dari penerapan bidang keilmuan yang relevan, namun tetap saja ada taraf kesalahan dalam sebuah penelitian. Bawalah jas hujan sebelum kehujanan. Karena kita tidak tahu kapan Tuhan akan mengizinkan langit menunjukan performa terbaiknya.

Pernahkan kalian diguyur hujan tiba-tiba setelah baru menempuh perjananan beberapa ratus meter dari titik pemberangkatan?

Inilah yang kemarin gw alami.

Senin, 19 November 2018.

Bagi kalian yang tinggal atau kerja di daeran BSD, pasti tahu dengan AEON Mall. Untuk mencapai AEON Mall, kita bisa menggunakan KRL dan lanjut dengan gojek. Hari itu, gw pulang dari AEON menuju stasiun Rawa Buntu. Sampai Mcd, hujan turun tiba-tiba begitu derasnya. Dan seketika gw basah kuyup (basah kuyup dalam makna yang sebenarnya). Gw agak sedikit lega ketika abang gojek gw bilang: “ke pinggir dulu yang bang, pakai jas hujan dulu.”

Ekspektasi hanyalah eskpektasi belaka. Dia hanya memakai jas hujan untuk dirinya sendiri, tidak ada jas hujan esktra untuk gw. Dan dia dengan santainya bilang: “yuk, Lanjut.”

Dimana pikiran lu bang??

Dengan kondisi yang menyedihkan karena gw udah basah ampe ‘dalem-dalem’ akhirnya gw memutuskan untuk kembali ke AEON, berharap gw bisa memikirkan langkah gw selanjutnya di tempat yang teduh. Yah, walaupun gw juga tidak 100% yakin kalau gw masih cukup punya nyali menjadi pusat perhatian sebagai pengunjung yang habis kecebur.

Singkat cerita, gw kembali ke AEON dan menyuruh sang driver untuk menyelesaikan tugasnya di aplikasi. Tidak ada yang menyalahkan siapapun. Saat itu gw hanya mengutuk diri gw sendiri karena tidak segera pulang.

Kalau saja gw tidak memberekan meja dulu.
Kalau saja hari ini gw ikut mobil feeder.
Kalau saja gw gak jajan di supermarket dulu.
Kalau saja gw gak ke ATM dulu.
Kalau saja..
Kalau saja..
Dan berbagai pengandaian lainnya.
Pengandaian gw punya adalah kalimat penyesalan yang tidak dapat mengubah apapun saat itu. Padahal orang bijak selalu mengatakan bahwa ada hikmah dari setiap peristiwa.

Kalau saja pesanan olshop gw tidak datang terlambat, mungkin gw akan kesusahan mencari baju dan celana ganti. Karena pesanan olshop gw baru sampai siang itu, gw bersyukur gw bisa langsung ganti baju dan celana yang kering.

Kalau saja gw bukan karyawan AEON Store, mungkin gw akan menanggung malu masuk ke dalam mall untuk mencari toilet dan ganti baju disana. Beruntunglah karena gw karyawan AEON Store, jadi gw bisa banti baju di toilet karyawan tanpa harus masuk mall terlebih dahulu.

Kalau saja gw tidak meninggalkan sandal jepit di kantor, mungkin gw akan pulang dengan sepatu basah berisi air hujan, atau gw harus beli lagi sandal baru.

Kalau saja teman gw tidak lembur, mungkin gw harus menunggu hujan sambal berkeliaran di mall.

Kalau saja gw tidak kehujanan, mungkin gw tidak akan bersedekah karena gw membiarkan abang gojek menyelesaikan perjalannannya tanpa megantar gw ke tempat tujuan.

Kalau saja gw tidak kehujanan, mungkin gw lupa untuk bersyukur.

***

😊


Kamis, 15 November 2018

Apel Merah, Ideologi Atau Persepsi?


Kalimat pertama ini ditulis pada hari Jumat, 16 November 2018 pukul 12:20 AM. Ya, begadang lagi. Entah kenapa kalau besok cuti itu rasanya agak bebas gitu. Padahal niat cuti karena mau ke Dokter. Migrain gw mulai kambuh lagi nih. Tapi kayaknya gw udah tau deh apa yang bakal dibilang dokter besok. Apa gw gak usah ke dokter aja ya?

Ditengah kepala gw yang rasanya pengen gw copot, gw mau sedikit menuangkan ide, gagasan, coretan, atau tulisan yang sedari sore menghantui kepala gw, yang sukses bikin kepala gw makin pusing. Terlebih waktu gw gosok gigi. Jutaan kalimat puitis seolah-olah ditembakkan ke inti otak gw untuk diolah menjadi coretan sesegera mungkin. Mendesak ingin segera dituntaskan. Inspirasi masing-masing orang datangnya berbeda-beda. Kalau gw sendiri, gw akan punya banyak inspirasi waktu gosok gigi. Gw akan inget pekerjaan di kantor yang belum selesai, gw akan ingat percakapan receh di grup whatsapp, dan lain-lain yang seharusnya gak perlu gw ingat.

Setelah paragraf ini, gw mulai agak serius. Jadi izinkan gw untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik untuk tulisan gw ini. Tapi percaya, ini gak akan bikin kalian pusing sama istilah-istilah ilmiah kayak Supernova 1 kok.

***

Mengedarkan pandangan dan menajamkan indera penciuman adalah hal yang selalu saya lakukan ketika pulang dan melewati supermarket AEON. Saya akan sebisa mungkin berjalan mendekati deretan keranjang apel-apel segar yang ditata begitu cantik dan rapi. Wangi apel menurut saya adalah wangi yang damai. Tidak dominan, namun punya karakter yang khas. Sore ini apel-apel ini membuat sesuatu yang sukses menggelitik indera pengelihatan saya. Apel merah diantara apel hijau.


Sumber: Dok. Pribadi

Mungkin menurut sebagian orang, ini hal yang biasa. Biasa dilakukan pengunjung mall yang batal untuk mengambil apel merah dan diletakkan serampangan, atau apel yang jatuh dan oleh pengunjung baik hati diletakkan kembali namun tidak pada keranjang yang semestinya. Namun dibalik latar belakang yang tidak saya ketahui, apel merah ini sukses memaksa saya memikirkan barisan kata dan bergumam dalam hati memilih diksi yang tepat. Beda ideologi. Kalimat sederhana yang secara spontan distimulus oleh syaraf otak saya. Entah.

Karena?

Menurut saya, ideologi adalah sebuah faham yang membedakan antar umat manusia dalam banyak golongan. Mereka akan mengelompok berdasarkan bangsa, lebih mengerucut lagi, mereka akan berkelompok dengan suku, agama, ras, dan hal-hal lain yang ditanamkan ke dalam diri mereka tanpa mereka sadari. Dua buah ideologi yang saling berdampingan akan membentuk sebuah harmonisasi kehidupan yang menarik. Akan ada dua atau bahkan lebih warna yang tercipta. Warna itulah yang akan membentuk sebuah garis imajiner antar ideologi itu sendiri. Apakah ideologi, atau persepsi?

Sumber: Dok. Pribadi

“Saya Indonesia, kamu bukan.”
“Saya Jawa, kamu bukan.”
“Saya Muslim, kamu bukan.”

Unity in diversity, bahasa lain dari Bhinneka Tunggal Ika sering kita dengar. Perbedaan itu akan menjadi sebuah harmoni kehidupan yang indah apabila saling berdampingan. Perbedaan ada bukan hanya untuk disatukan. Dari sudut pandang lain, perbedaan adalah keunikan. Namun apa jadinya jika satu ideologi hidup sebagai minoritas?

Tanpa kita sadari, kita pernah jadi minoritas dalam berbagai situasi.
Kita berkulit hitam diantara orang-orang berkulit putih.
Kita ranking terbawah diantara orang-orang berprestasi.
Kita orang Jawa diantara orang Sumatera.
Kita memiliki idealisme diantara orang-orang yang lebih suka berkompromi.

Bagaimana mungkin orang yang pernah hidup sebagai kaum minoritas bertindak anarki terhadap kaum minoritas lainnya? Miris memang. Dimana Bhinneka Tunggal Ika itu?

Apel merah ini mengajarkan hal yang baik tentang perbedaan ideologi, apel merah tidak membuat apel hijau menjadi merah, dan apel hijau tidak membuat apel merah sebagai noktah yang merusak estetika. Dari sudut pandang lain, dengan orang yang tepat, apel merah bisa menjadi objek menarik untuk diabadikan dalam sebuah karya seni. Ya, karena menurut sudut pandang saya pribadi, perbedaan ideologi ini adalah sebuah seni. Karena tidak ada kertas putih menjadi bernilai seni jika tidak ditumpahi cat beraneka warna.


Ideologi yang berbeda juga bukan jeruji untuk membatasi aktualisasi. Ia akan menjadi pondasi atau bahkan petunjuk untuk berpijak lebih jauh, lebih tinggi. Selama kita menghargai ideologi yang lain dan dapat hidup membaur dengan khalayak, tidak ada alasan untuk hidup dalam kepura-puraan. Kita akan ada jika kita menganggap orang lain ada.


“Hey, kamu. Jangan berdiri disitu, itu bahaya.”
“Saya percaya pada pegangan ini, ini tidak membuat saya jatuh.”
“Saya bilang disitu bahaya, pergilah dari situ.”
“Sudah saya katakan saya percaya pada pegangan ini, pegangan ini kuat.”
“Bodoh kamu.”
“Terima kasih sudah mengingatkan, dan terima kasih atas pujiannya.”


***

Jumat, 16 November 2018. 09:23 AM
Kamu lebih suka Apel merah, atau Apel hijau?

Sabtu, 10 November 2018

BERTANYA PADA GOOGLE


Dunia yang terus berkembang memaksa kita untuk bersosialisasi lebih luas lagi. Berbicara soal media sosial, akan ada hal menarik untuk dibahas. Seperti halnya kita melihat ke dalam akuarium raksasa yang berisi beranekaragam biota di dalamnya. Mereka bercengkrama, jatuh cinta, atau bahkan saling hina.

Suatu ketika saat gw asik membaca komentar di salah satu portal berita, ada seseorang yang menuliskan sebuah pertanyaan dan kemudian dijawab oleh user yang lainnya: “tanya aja sama google”. Kemudian perdebatan demi perdebatan tak terelakkan lagi. Bahasa kasar dan nama-nama hewan tak berdosa juga ikut terbawa.



Orang tua gw pernah berkata saat gw masih sekolah. “Belajar itu dari siapa aja. Bisa dari buku, dari teman, atau dari lingkungan. Tapi jangan lupa bahwa kita juga butuh guru untuk ‘meluruskan’ pandangan kita tentang ilmu baru yang kita punya.” Intinya apa? intinya kita masih butuh orang yang lebih mengerti di bidangnya.  

Dewasa ini, google seakan jendela dunia untuk kita mencari berbagai macam hal. Gw bisa bilang kalau google ini adalah versi makro dari sosial media yang biasa kita buka. Kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan. Jutaan orang bebas berkarya. Jutaan orang pula bebas untuk beropini. Jutaan postingan bisa kita temukan dengan satu kata kunci. Namun dari jutaan postingan itu apakah semuanya adalah informasi yang kita butuhkan?

Well, terkadang kita hanya ingin tahu sesuatu secara sederhana, yang respon kita setelahnya hanya: “oh, gitu.”

Cara sederhana untuk mendapatkan informasi itu menurut gw ya bertanya kepada orang yang bersedia untuk ditanya, dan orang yang tahu jawabannya. Masalahnya adalah, tidak semua orang mempunyai kriteria tersebut.

Saat kita mendapatkan respon: “tanya aja sama google” ya jangan baper. Mari kita kerpikir, mungkin pertanyaan kita memang pertanyaan sederhana yang jawabannya abslolut, hanya saja kita yang malas untuk mencari. Jujur, memang agak kesal sih jika kita ditanya tentang sesuatu yang sebenarnya bisa dicari jawabannya di google. Contohnya saja, pertanyaannya: dimana ibukota Jepang?. Ya pasti jawabannya Tokyo kan. Gak mungkin pindah ke Palembang atau Semarang. Hal-hal seperti ini yang gw bilang pertanyaan yang jawabannya absolut.

Tapi… yasudah lah ya.

Dari sisi orang yang ditanya juga tidak ada salahnya kok untuk menjawab. Bukannya kita juga pernah bertanya ke teman kita, alih-alih bertanya ke google.

Menurut gw untuk memberikan edukasi kepada orang lain untuk usaha mencari tahu sendiri perlu pendekatan dan sugesti yang baik. Kita tidak bisa mengubah sikap seseorang dengan bahasa yang kasar. Berikan jawaban yang sopan, karena tidak ada orang yang bersedia untuk diujar dengan sarkas. Mungkin akan lebih damai jika kondisinya seperti ini:

T: Dimana ibukota Jepang?
J: Tokyo. Tapi coba cek google. Siapa tau udah pindah.

Kembali lagi ke pribadi masing-masing. Dari sisi penanya, jadilah penanya yang cerdas. Carilah informasi yang kalian butuhkan sebelum bertanya. Contohlah pembaca komik tahilalats, karena sebelum bertanya, mereka selalu mencari jawabannya ke kolom komentar. Dari sisi yang ditanya, tidak ada salahnya kok kalian jawab kalau memang tahu jawabannya. Tahanlah diri kalian untuk meciptakan suasana tidak nyaman. Ingat, diam adalah emas. Kalau kalian tidak ingin menjawab dan tidak mampu menjaga ibu jari kalian untuk mengetik hal yang baik-baik, cukup abaikan. Berarti pertanyaan itu bukan untuk kalian. Masih banyak orang berhati baik yang memiliki kriteria yang gw sebutkan. Apa itu?

Bersedia untuk ditanya, dan tahu jawabannya.

Hidup ini banyak pilihan. Sama seperti pilihan kalian untuk bertahan hidup atau mati bunuh diri. Jadi orang baik atau orang jahat. Jadi netizen budiman, atau netizen pencari perhatian. Jangan dibikin ribet.

Selasa, 11 September 2018

Media Sosial, Lahan Subur Untuk Menebar Bibit Kebencian


Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web, dan menungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. (Wikipedia)

Media sosial adalah media dalam jaringan dimana para penggunanya bisa mudah berbagi konten atau meciptakan sebuah karya tertentu. Media sosial menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat urban di era sekarang. Namun menurut saya pribadi, media sosial masa kini telah mengalami pergeseran fungsi (atau mungkin penambahan fungsi) dari definisi yang dikemukakan oleh Andreas Kaplan dan Michael Haenlein di atas. Media sosial telah keluar dari dasar ideologi platform itu sendiri. Jika dilihat dari perkembangan media sosial yang kita ketahui, sebut saja blogger yang lahir pada tahun 1999, kemudian muncul Friendster di tahun 2002, sampai pada era facebook, twitter, dan Instagram yang masih eksis hingga saat ini. Saya meralat opini saya sebelumnya, karena tidak adil jika kita mempersalahkan media sosial atas pergeseran ideologi mereka yang terjadi saat ini. Mungkin lebih tepatnya saya mengakatan bahwa para pengguna media sosial yang telah merubah ideologi dari platform yang mereka gunakan.

Media sosial saat ini yang saya tahu tidak hanya sebagai sebuah media komunikasi, sebuah wadah yang berisi pertukaran karya, atau informasi sarat makna, namun fungsinya telah “bertambah” sebagai media propaganda, lahan subur untuk menyebarkan bibit-bibit kebencian, dan ruang bebas untuk melancarkan tindakan cyber bullying. Saya yakin tujuan diciptakannya media sosial adalah untuk hal-hal yang baik, untuk bersosialisasi. Menemukan orang-orang dengan minat yang sama di seluruh belahan dunia dan menciptakan dunia tanpa batas untuk bertukar karya dan informasi.

Sempat muncul berita tentang pemblokiran aplikasi Telegram yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi karena dianggap digunakan sebagai media propaganda terorisme, karena telegram merupakan aplikasi pesan singkat yang memiliki enkripsi yang sangat sulit sehingga tidak dapat dipantau oleh aparat pemerintah. Namun pada akhirnya pendiri Telegram bersedia untuk bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam komitmen untuk menghentikan propaganda terorisme. Hal ini salah satu bukti adanya pergerseran ideologi yang diciptakan oleh pengguna media sosial.

Instagram adalah media sosial yang sedang popular saat ini. Instagram digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat dari berbagai lapisan dan tingkat Pendidikan. Namun yang agak disayangkan adalah atmosfir dalam ber-instagram saat ini sangat jauh dengan atmosfir ber-instagram beberapa tahun yang lalu. Kita tidak hanya melihat sista-sista berjualan dengan spam komen “cek ig kita sist” yang sempat menjadi trending pada masanya, namun kita saat ini juga mudah menemukan komentar-komentar disertai dengan umpatan-umpatan kasar dan kadang mengikutsertakan nama hewan tertentu yang menjadi sahabat manusia.


Agak disayangkan memang, warga negara Indonesia yang dikenal dengan keramahtamahannya dan sopan santunnya kini terlihat amat “buas” bertutur kata di media sosial. Mereka bebas berkomentar, mereka bebas beropini dengan dalih kebebasan berpendapat tanpa berpikir panjang apakah komentar yang mereka keluarkan adalah sesuatu hal yang pantas untuk mereka utarakan. Kita tidak berbicara mengenai penghinaan terhadap presiden yang terlihat seperti hal yang wajar saat ini. Padahal penghinaan terhadap kepala negara adalah perbuatan melanggar hukum, karena tertuang dalam undang-undang. Namun kita berbicara tentang jemari lentik netizen yang begitu gatal menulis komentar tanpa dasar yang jelas, tanpa bisa membedakan mana opini, kritik, maupun bully.

Saya teringat wawancara Najwa Shihab dengan penyanyi Anggun. Mbak Anggun mengatakan bahwa “di Indonesia, kritik, menghina, mencaci maki, membully, semuanya dimasukan dalam satu tas yang disebut kritik”. Saya setuju dengan pendapat tersebut, karena terlalu bebasnya seseorang untuk berpendapat maka kritik membangun yang kritik yang mengarah kepada ujaran kebencian menjadi bias dan sulit untuk mereka bedakan. Pada akhirnya mereka beradu argumen sampai berkata-kata kasar untuk mempertahankan pendapat mereka yang mereka anggap sebagai kritik yang positif padahal pendapat atau komentar mereka hanyalah opini tidak berdasar, dimana kita atau figur yang mereka kritikpun tidak membutuhkan itu.

“kalian tidak kenal mereka secara personal, kalian juga tidak tahu kehidupan mereka sehari hari. Sama halnya mereka yang tidak kenal siapa kalian dan tidak punya hutang apapun kepada kalian. Lalu apa hak kalian membully mereka?”

Satu fakta yang pernah saya temui bahwa sebagian pelaku komentar tidak pantas di Instagram adalah anak di bawah umur, dilihat dari seragamnya yang masih merah-putih. Saya tidak tahu apakah itu akun dia yang asli atau bukan, namun tidak menutup kemungkinan karena banyak anak di bawah umur di lingkungan saya yang sudah mempunyai akun instagram. Sungguh disayangkan jika anak-anak seumur mereka sudah tercemar polusi negatif dari media sosial.

Saya mempunyai hobby yang baru, yaitu me-report akun-akun propaganda yang komentarnya menurut saya sudah melewati batas. Mereka berdalih atas kebebasan berpendapat, namun saya juga memiliki hak untuk menikmati suasana sehat tanpa muatan komentar negatif dari konten yang saya lihat di Instagram saya. Untungnya pihak Instagram sependapat dengan saya.
 
Sumber: Dok. Pribadi
Lebih luas lagi, jika kita sedikit merenung tentang kejadian hari ini yang akan menjadi sejarah. Mohammad Hatta mendefinisikan sejarah tidak sekedar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika. Bisakah anda bayangkan, jika pemahaman masa kini soal pembiaran komentar negatif dan ujaran kebencian menjadi contoh bagi pola fikir generasi di masa mendatang?

Apakah maksudnya berpendapat itu dilarang?
Tentunya tidak. Negara kita menjamin kebebasan dalam berpendapat di muka umum. Namun kita harus membentengi diri kita untuk berpendapat sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Kita harus bisa membedakan mana pendapat yang positif, mana pendapat yang megarah ke tindakan bullying.

Lalu apakah kita tidak boleh berkomentar negatif?
Jika memang yang kita lihat adalah sesuatu hal yang negatif, kita berhak untuk memberikan penilaian untuk kebaikan bersama. Berkomentarlah sesuai konteksnya, berkomentar seperlunya dan gunakan etika. Namun perlu diingat bahwa tidak semua hal harus sejalan dengan keinginan kita.

Kita mungkin tidak dapat mengubah dunia, namun kita mampu untuk mengubah diri kita agar memiliki rasa empati, rasa untuk menghargai pendapat orang lain dan menyadarkan kembali tentang etika dalam bersosialisasi walaupun hanya di dunia maya. Saya yakin bangsa kita akan jauh lebih hebat jika rakyatnya bersatu dalam hal yang positif dan meninggalkan egoisme mereka untuk menjatuhkan pihak tertentu demi kepentingan golongannya.

Terima kasih

Minggu, 01 April 2018

TIPS MENCARI KERJA

Oke, postingan ini murni cuma pendapat dan pengalaman pribadi gw aja. Gw bukan HRD atau seseorang yang expert di bidang rekrutmen. Gw tergelitik buat bikin postingan ini gara-gara gw ngeliat postingan di sebuah grup loker di facebook. Ada seseorang yang posting gambar beginian:


Gw gak tau sih niatnya serius atau cuman iseng-iseng karena belum dapet-dapet kerja. Dari situ gw tergerak untuk membagikan tips-tips buat ngelamar kerja sesuai dengan pengalaman gw. Gak 100% akurat sih, namanya juga sharing. Penelitian aja gak ada kan yang taraf kepercayaannya 100%? Buat TS, fotonya gw pinjem gapapa ya? Sekalian buat sharing-sharing tips nih.

Terus kenapa gw posting disini? Bukan posting di grup itu aja? Well, gw mau tulisan gw dibaca sama orang yang mau baca. Gw masih tau diri lah. Walaupun gak tau juga ada yang baca apa enggak. Siapa sih gw? Hahah.. oke, kita mulai.

Cari kerja itu ibarat cari jodoh. Cocok-cocokan.
Pernah gak sih kita udah suka banget sama orang, udah usaha pol-polan biar keliatan cakep terus dia masih cuek aja? Atau kita udah cocok banget sama pasangan kita terus pas dikenalin sama keluarganya, keluarganya gak setuju? Atau lebih ekstrimnya lagi semuanya udah setuju, udah nikah terus di tengah jalan harus pisah. Nah, cari kerja juga gitu.
Mislanya kita udah suka banget nih sama satu perusahaan. Kita udah bikin CV bagus-bagus tapi gak dipanggil-panggil buat interview. Bisa jadi emang kalian gak memenuhi kualifikasi di perusahaan itu. Sadisnya itu perusahaan gak butuh orang kaya kalian. Atau kalian udah interview sama HRDnya dan dia udah cocok sama kalian, eh ternyata calon atasan kalian gak setuju. Atau direkturnya gak setuju. Bisa aja kan? Ujungnya kalian juga gak jadi join di perusahaan itu.

The power of “orang dalem”
Gw gak memungkiri kalau tipe perusahaan kaya gini masih ada. Karena gw pernah ngalamin kerja di perusahaan kaya gini. Tapi masih banyak kok perusahaan yang bersikap objektif. Gw juga pernah beberapa kali interview di perusahaan yang HRD nya temen gw sendiri. Tapi kalo kualifikasi yang kalian punya gak cocok sama pekerjaan yang ditawarin ya tetep aja gak lolos.

Main duit.
Nah ini sesuai kan sama gambar di atas? Mungkin sebagian orang di sekitar kita masih beranggapan bahwa beberapa lembar uang warna merah bisa mempermulus jalan kita masuk ke perusahaan tertentu. Padahal masih banyak cara yang bisa kalian ambil buat dapet kerja.

Improve kemampuan diri
Daripada ngasih duit ke HRD yang belum tentu juga kalian bakal diterima mending kalian pake uangnya buat nambah skill. Maksudnya? Misalnya kalian udah punya ijazah sarjana, kalian bisa pakai uangnya buat ambil sertifikasi apa kek, misalnya kalau kalian itu punya ijazah prodi akuntansi atau manajemen keuangan, kalian bisa ambil brevet tax. Lebih berguna kan?
Atau kalau kalian lulusan SMA dan pengen kerja kantoran jadi admin misalnya, sambil nunggu panggilan bisa tuh kursus-kursus komputer. Eh gak usah deh, kemahalan. Mending uangnya kalian pake buat main warnet. Kalian ambil paket beberapa jam buat buka youtube. Disana banyak tutorial-tutorial cara menyelesaikan soal excel buat tes masuk kerja. Lumayan kan buat latihan, sekalian bikin CV yang bagus, yang menarik buat dibaca. Intinya selama belum dapet kerja tuh kita harus pinter ngatur uang yang kita punya supaya maksimal.

“kalau kita mau sebuah improvement di hidup kita, hal pertama yang harus kita improve adalah diri kita sendiri”

Oh iya lupa. Jangan lupa buat benerin penampilan. Buat cowok ya pastiin sedia cukuran kumis/jenggot supaya pas interview keliatan rapi. Siapin juga beberapa potong kemeja formal, 1 celana hitam, 1 sepatu formal hitam. Kenapa? Karena warna hitam itu netral. Gampang di mix and match. Jadi yang penting kalian punya kemeja aja beberapa warna. Ada perusahaan yang gak mewajibkan kandidatnya buat pakai kemeja putih dan bawahan hitam. Jadi kalau kalian dapet panggilan yang memperbolehkan pakai pakaian warna bebas, kalian bisa ganti-ganti warna. Interview hari pertama sama HRD pakai kemeja biru, terus lolos. Interview lagi besoknya terus mau pakai warna biru lagi? Saran gw sih mending warna yang lain. Biar kalian juga punya semangat yang baru. Kemeja gak harus yang mahal kok, yang penting pas di badan dan pantes diliatnya. Buat celana, sebaiknya pilih yang model slim fit, tapi jangan yang terlalu skinny. Jangan juga yang gombrong-gombrong. Kan mau interview kerja, bukan mau ke pengajian. Tips gw buat cari kemeja murah: pergi ke ITC, disana biasanya ada toko yang jual kemeja formal murah. Yang lengan pendek sekitar 60K, yang lengan panjang 70-75K. satu toko itu biasanya juga jual celana formal. Dari 65K-80K. kalo sekiranya ukurannya agak gombrong (soalnya pengalaman gw beli disana suka kegombrongan) kecilin aja di tukang vermak. Lebih murah lagi sama abang-abang tukang vermak yang bawa sepeda.

Oh iya, buat cowok ini penting gak penting tapi menurut gw lumayan penting. Selain bawa alat tulis, kalian juga sedia: tissue basah, tissue kering, sisir, wax/pomade, parfum. Buat tissue basah ini buat ngelap muka kalo kalian masuk gedung yang toiletnya gak tau dimana. Jadi kalian bisa rapi-rapi di parkiran. Ngelap muka yang lepek pastinya apalagi yang bawa motor atau naik kendaraan umum kaya kopaja. Masa mau interview tapi tampangnya lecek. Mana orang lain bisa respect. Nah, kalau lagi mepet, kalian bisa rapi-rapi pakai tissue basah itu di dalem lift. Sekalian sisir-sisiran. Gw sih bodoamat, gak ada yang kenal ini. Hahaha.. Kerapihan juga bisa ningkatin percaya diri kita lho. Kebayang gak sih kalau kandidat lain rapi dan wangi sedangkan kita lecek? Udah gak usah dijawab. Udah tau kan jawabannya. Tips nya biar murah, beli ukuran kecil. Biar gak ribet juga. Bisa beli di mini market atau di di stasiun. Banyak pasti yang jual.

CV dan surat lamaran kerja.
Hari gini masih pakai surat lamaran kerja yang ditulis tangan? Plis deh, mending ikutin tips gw di atas, ambil paket warnet beberapa jam, kalian browsing cara bikin CV dan surat lamaran kerja yang menarik. Gw udah coba tips ini dan lumayan berhasil. Yah seenggaknya kan kita udah usaha buat “mempromosikan” diri kita semaksimal yang kita bisa. Buat pemula, gak harus wah-wah banget kok. Kalian bisa pakai sedikit dekorasi di pinggir-pinggir kertas atau setiap poin-poin dalam CV kalian. Gak melulu putih polos kaya surat wasiat. Pokonya cari aja deh creative CV di google. Atau bisa pakai template dari MS Word nya langsung. Yang perlu diperhatiin itu pemilihan warna sama font. Warnanya jangan yang terlalu ngejreng bikin sakit mata. Cari warna yang agak kalem dan enak dilihat. Buat font nya juga. Pilih jenis font yang formal. Jangan pakai comic sans misalnya, atau semua tulisannya kalian pakai monotype corsiva, aduh jangan deh, kalian gak mau bikin kaligrafi kan? Gw lebih prefer pakai Calibri sih. Udah pakai Calibri aja (lah kok maksa).

Tips kirim surat lamaran kerja
Gw udah pernah coba beberapa metode pengiriman lamaran kerja. Dari mulai ikut jobfair, kirim-kirim via pos, dan via online. Nah kali ini gw lebih prefer kalan pakai online aja. Kalian bisa daftar di JobdDB, Jobstreet, karir.com, Job Search, bahkan line juga punya Line Job yang berkolaborasi sama indeed. Kalian bisa pilih website yang kalian suka. Kalau gw, gw selama ini selalu dapet kerja nya dari jobstreet. Menurut gw website nya juga paling enak buat jelajahi. Tapi gak ada salahnya juga kalau kalian daftar semuanya. Gw juga punya akun di semua web yang gw sebutin kok. Hahaha..

Kenapa gw lebih milih kirim lamaran via online?
  1. Murah. Ini serius. Kalian cuma butuh kuota internet atau modal duit ngewarnet buat ngelamar kerja. Bandingin kalau kalian ngirim via pos dan belum tentu dipanggil. Ongkos kirimnya aja udah berapa. Belum lagi biaya fotokopi-fokotopi.
  2. Kalian bisa memantau status lamaran kalian. Udah dibaca kah? Atau gak sesuai
  3. Kalau perusahaannya lagi butuh banyak, kalian bisa ngelamar di beberapa posisis sekaligus.
  4. Kalian bisa attach Creative CV yang udah kalian bikin. HRD nya akan nerima CV kalian yang berwarna tanpa harus kalian print out. Paling kalian siapin aja beberapa bundle print out CV yang berwarna dan dokumen pendukungnya kalau-kalau ada panggilan interview dadakan. Jadi gak ribet print atau fotokopi ini itu.


Beberapa kali gw denger orang komentar: “Ah, situs online gitu mah tipu-tipu. Gw gak pernah dipanggil tuh.”
Mbak, mas. Inget poin pertama. Cari kerja itu ibarat cari jodoh. Yang perlu kalian lakuin dengan situs lowongan kerja itu:
  1. Update CV kalian. Jelaskan tanggung jawab dan prestasi yang kalian punya. Buat diri kalian punya nilai lebih. Jangan kalian Cuma nulis tahun 2010-2012 di PT A. 2012-2013 PT B. tanpa kalian rinci apa yang udah kalian lakuin dan prestasi apa yang kalian punya, gimana HRD nya bisa menilai kalian layak atau enggak buat bergabung dengan mereka.
  2. Foto yang rasional. Ini serius lho, di perusahaan tempat gw kerja sebelumnya, gw pernah dikasih lihat sama temen gw (HRD) ada kandidat yang fotonya foto selfie dari atas sambil masang muka cantik. Atau cowok pakai foto singlet doang biar keliatan badannya bagus. Emmm… kalian pasang foto itu di social media aja ya, jangan di surat lamaran kerja.
  3. Pilih-pilih perusahaan yang kalian mau lamar. Liat profilnya, bidang usahanya, lokasi kerjanya dimana. Pastiin kalian emang mau ngelamar di perusahaan itu, jangan asal-asal ngelamar. Misalnya rumah kalian di bogor terus kalian ngelamar kerja di perusahaan yang lokasi penempatannya cakung, kan jauh tuh. Yakinin dulu aksesnya gimana, transportasi dari tempat kalian susah atau enggak. Atau kalau kalian cewek berjilbab, masa mau ngelamar di manajemen klub malam kan gak mungkin. Daripada sia-sia mending gak usah ngelamar sekalian.
  4. Ikhtiar, berdoa, jangan putus asa.


Gak ada yang lebih kuat dari doa dan ridho Allah sih, selama kalian terus usaha dan berdoa insya Allah dikasih jalan kok, sesuai dengan rezeki yang kalian butuhin. Kalau sudah diterima kerja, jangan lupa buat bersyukur dan jangan banyak ngeluh. Inget perjalanan kalian buat ngedapetin posisi itu gimana. Dimanapun posisis atau grade kalian wajib buat disyukuri. Biar gimanapun, baik buruknya perusahaan tempat kalian kerja itu adalah pilihan kalian. Karena gak ada yang maksa kalian buat kerja disitu kan?

Sekian tips dari gw semoga bermanfaat buat kalian semua yang lagi cari kerja atau yang udah kerja tapi lagi mau silaturahmi sama HRD di kantor lain. Ketemu sama dokter wawan kadang suka susah jadwalnya. Makanya kalau udah ketemu, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin buat konsultasi. Ini buat yang ngerti aja sih. Atau kita sama-sama ngerti? Hahaha..


Bye.. :)